BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Orientalis
atau ahli ketimuran, Orientalisialah
segolongan segolongan sarjana barat yang mendalami bahasa-bahasa dunia
timur dan kesusasterannya, dan menaruh perhatian besar terhadap agama-agama
dunia timur, sejarah, adat isti’adatnya dan ilmu-ilmuanya.
Hubungan
dunia barat dengan dunia timur telah dimulai sejak masa kejayaan dunia timur,
yaitu ketika dunia timur ini penuh dengan pusat- pusat keilmuan pengetahuan,
perpustakaan buku-buku berharga. Orang –orang barat waktu itu belajar pada ulama- ulama timur,
pada filosof-filosofnya dan ahli matematikanya. Dunia Eropa ketika itu lagi
dalam keadaan ketiduran, sedang dunia timur telah selesai atau hampir dari
perjuangannya yang lama untuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Latar belakang rumusan masaalah
Setelah dunia Eropa terjaga dari tidurnya,
maka terlihat olehnya suatu bangsa asing telah menyuburkan sebagian negerinya
(negeri Eropa) sejak itu oang-orang Eropa melihat negeri tersebut penuh
perhatian dan kekaguman, dan mereka ingin mengetahui ilmu yang ada di
dalam-nya. Dan mereka juga membuat kajian tentang agama orang lain beserta bahasa
dan kesasteraannya dengan bertujuan menjatuhi agama tersebut dari dalam. Dalam
makalah kali ini kita akan mendalami seorang ahli orientalis yaitu Arthur
Jeffrey yang membuat kajian dalam Islam tentang Al-qur’an.
Rumusan masaalah
Maka dalam pemakalah kali ini kita akan membahas
tentang beberapa hal yaitu:
1. Biografi
Arthur Jeffrey dan Karir Akademiknya
2. Karya-karya Arhur Jeffrey
3. Kritik Arthur Jeffrey Terhadap Surat al-Fatihah
BAB II
Pembahasan
1.1 Biografi
Arthur Jeffrey dan Karir Akademiknya
Arthur Jeffery lahir di Melbourne 18 Oktober 1892 dalam
keluarga Kristen Metodis. Ia menyelesaikan
pendidikan S1 (1918) dan S2 (1920) di Universitas Melbourne, kemudian pergi ke
Madras dan mengajar di Akademi Kristen Madras (Madras Christian College). Di
akademi inilah ia bertemu Pendeta Edward Sell (1839-1932), seorang dosen yang
sekaligus seorang missionaries yang jauh lebih senior. Dialah yang menjadi
pemicu Jeffery untuk mengkaji historisitas al-Qur’an.
Pendeta Edward
Sell adalah seorang tokoh yang missionaries terkemuka di India pada saat itu,
dia adalah seorang pembicara penting pada “Konferensi Umum Kedua Tentang Misi
Untuk Kaum Muslimin” (The Second General Conference on Mission to Moslems) yang
terdapat di lucknow pada tahun 1911. Pendekatan Sell mempunyai hasrat agar para
missionaries mulai mengkaji historitas Al-qur’an, seperti yang dilakukan dia
sendiri dalam karangan bukunya Historical Development of the Qur’an,
yang dikarang olehnya pada tahun 1909 di Madras, India
Jeffry
mengakui, bahwa pendeta Sell adalah orang pertama yang memberinya inspirasi
untuk mengkaji historisitas Al-qur’an. Sekalipun begitu, Jeffery berpendapat
yang mana hasil gagasan Sell bukanlah orisinil, tetapi hasil karya Sell hanya
merupakan ringkasan dari karya Theodor Noldeke (1836-1930) yaitu Geschichte de Qorans (Sejarah al-Qur’an).
Arthur Jeffrey seorang yang berkarir di
akademik, dengan bukti dia belajar di Universitas Melbourn, Australia dan
mendapat gelar BA pada tahun 1918, serta gelar MA pada tahun 1920. Awal karir
Arthur Jeffrey di Kairo dimulai pada tahun 1921 sebagai profesor di Sekolah
Studi Oriental (S.O.S ‘Scholl of Oriental Studies’) di American
University di Kairo.
1.2 Karya-karya Arhur Jeffrey.
Arthur
Jeffrey adalah seorang tokoh orientalis yang sangat mendalami dalam mempelajari
Islam. Namun ia lebih intensif dalam mempelajari al-Qur’an dan Nabi Muhammad.
Ia telah berhasil melahirkan beberapa karya tulis mengenai al-Qur’an dan
Muhammad. Di antara karyanya adalah Materials for the History of the
Text of the Qur'an yang diterbitkan di Leiden pada tahun 1937.The
Foreign Vocabulary Of The Qur'an, diterbitkan oleh Oriental Institute
Baroda, India pada tahun 1938.
1.3 Kritik Arthur Jeffrey Terhadap Surat al-Fatihah
Kritik Jeffrey terhadap al-Qur’an, khususnya
mengenai keberadaan surah al-Fatihah dimulai dari bentuk redaksi. Ia berkata,
bahwa secara redaksional, umumnya dalam al-Qur’an Allah-lah yang bertindak
sebagai penyeru dan pemerintah terhadap umat munusia. Namun anehnya, dalam
surat al-Fatihah, manusia yang bertindak
sebagai penyeru.
Setelah
dilakukan kajian yang lebih mendalam lagi jeffery berpendapat yang mana surah
al-Fatihah hanyalah do’a yang sering diucapkan oleh
nabi Muhammad SAW. Karena hal ini terlihat dari gaya bahasa yang digunakan
serta ekspresi yang ada dalam surah al-Fatihah itu sendiri . dan dia
berpendapat surah al-Fatihah itu
dimasukkan oleh para pengkodifikasi(membukukan) terdahulu. Ia mengaggap bahwa al- Fatihah
tidak asli dari bagian ayat-ayat
al-Qur’an yang lain. namun sengaja dibangun di awal karena hal semacam
itu tidak biasa dan tidak dikenal di kebiasaan Arab dulu[1].
Arthur menambahkan bahwa keberagaman atas bacaan dan tulisan al-Fatihah
disebabkan karena bukan bagian dari al-Qur’an.
Untuk
membuktikan lagi ini, Jeffery mengambil tulisan yang beredar di kalangan Syiah seperti
tertulis dalam kitab Taz kirah al-A'imma yang ditulis oleh Muhammad Baqir
Majlisi (Tehran, 1331, halaman 18). Dalam artikel ini tertulis seperti di
bawah ini:
Nuhammidu 'llaha, Rabba 'l-alamina,[2]
'r-rahmana 'r-rahima,
Mallaka yaumi'd-dini,
Hayya>ka na'budu wa wiyyaka nasta’inu,
Turshidu sabila'l-mustaqimi,
Sabila 'lladhina an'amta 'alaihim,
Siwa 'l-maghdubi 'alaihim, wa la'd-dallina,
Untuk mempermudah bacaan, penulis mencoba menuliskannya dalam bahasa Arab.
نُحَمِّدُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اَلرَّحْمَنَ الرَّحِيْمَ
مَلَكَ يَوْمِ الدِّيْنِ
هَيَّاكَ نَعْبُدُ وَ وِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
تُرْشِدُ سَبِيْلَ الْمُسْتَقِيْمِ
سَبِيْلَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
سِوَي الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ. وَ لاَ الضَّالِّيْنَ
Selain varian bacaan( bacaan yang menyimpang dari yang aslinya) ini, Jeffrey
memperkuat keyakinannya dengan sebuah buku yang ditemukannya di saat
kunjungannya ke Mesir. Ia diberikan buku fiqih manual dan kecil oleh seseorang
pada saat itu. Buku ini diawali dengan al-Fatihah. Buku ini bias di copy dan
diperbanyakkan , asalkan tidak dicantumkan penulisnya, kerana khawatir akan di
serang oleh penganut Muslim Ortodok. Namun kata Jeffery, kitab tersebut telah
hilang belum sempat tahu nama pengarangnya. Dan dia berkata ada tulisan tulisan Riwayah Abi al- Fath al-Jubba'i 'an Syaikhih al-Susi 'an
al-Nahrazwani 'an Abi al- Sa'adah al-Maidani 'an al –Marzubani 'an al-Khalil
bin Ahmad. Dan tulisannya ditulis seperti yang dibawah ini:
Bismi' llahi 'r - rahmani 'r - rahimi.
Al-hamdu li 'llahi, Sayyidi 'l - alamina,
'r - razzaqi 'r - rahimi,
Mallaki yaumi 'd - dini,
Inna laka na' budu was inna laka nasta' I nu.
Arshidna sabi la 'l - mustaqi mi,
Sabi la 'lladhi na mananta 'alaihim,
Siwa 'l - maghdubi 'alaihim, wa ghaira'd - dallina.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ سَيِّدِ الْعَالَمِيْنَ
اَلرَّزَّاقِ الرَّحِيْمِ
مَلَكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
إِنَّ لَكَ نَعْبُدُ وَ إِنَّ لَكَ نَسْتَعِيْنُ
أَرْشِدْنَا سَبِيْلَ الْمُسْتَقِيْمِ
سَبِيْلَ الَّذِيْنَ مَنَنْتَ عَلَيْهِمْ
سِوَي الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ. وَ غَيْرَ الضَّالِّيْنَ
Untuk mencari kepalsuan al-Fatihah, Jeffrey lebih jauh lagi
menganalis setiap term yang digunakan dalam surat ini. Agar lebih jelas,
penulis akan mengutip analisis Jeffrey sebagai berikut.[3]
Sayyid
dan Rabb adalah sinonim. Term sayyid
digunakan dalam al-Qur’an surat 12: 25 untuk Yusuf sebagai raja Mesir saat itu,
juga untuk Yahya dalam al-Qur’an. Dari ayat-ayat ini, ternyata penggunaan sayyid
hanya bagi para nabi, namun ternyata dalam al-Fatihah malah digunakan untuk
Allah.
Al-Razzaq adalah
salah satu nama dari Allah, seperti dalam al-Qur’an surat 51: 58. Dari ayat ini
menyatakan ayat al-Quran bisa berubah-ubah.
Malak adalah salah
satu bacaan orang-orang Kufa di antara tujuh macam bacaan, yaitu bacaan
al-Kisa’i, al-Alusi dalam Ruh al-Ma’ani, jilid 1, halaman 78, dan Abu
Hayyan, jilid 1, halaman 20. Namun kedua bacaan, baik malaka atau maliki
adalah bacaan yang sama-sama disetujui. Lebih lanjut, Jeffrey menyatakan bahwa
term ini lebih lebih tepat daripada term malik. Dua bacaan pertama
sebenarnya lebih baik dan lebih mengena zauq-nya, namun yang dipakai
dalam “textus receptus” (bacaan yang diterima) adalah jenis bacaan kedua.
Inna laka. Term hiyyaka, wiyyaka,
wayyaka,dan wiyaka adalah jenis bacaan yang diterima. Kelihatannya semua
term ini adalah bentuk usaha untuk menginterpretasikan(pendapat). Hiyyaka
atau hayyaka adalah bacaan Abu al-Sawwar al-Ganawi dan Abu
al-Mutawakkil. Sedangkan wiyyaka atau wayyaka adalah bacaan Abu
Raja’.
Arsyidna. Artinya memilki kemiripan dengan Ihdina seperti
terdapat dalam ‘textus receptus’, sekaligus juga merupakan bacaan Ibn Mas’ud
dalam naskahnya. Kata perintah semacam ini tidak ditemukan dalam al-Qur’an,
namun derivasi kata ini memang sering digunakan. Oleh sebab itu, menurut
Jeffrey menggunakan kata tidak langsung, seperti dikutip dalam varian bacaan
(bentuk bacaan yang menyimpang dari bacaan yang aslinya) Syi’ah sebelumnya mungkin lebih layak.
Perkataan sabil
sebenarnya lebih diterima daripada perkataan sirat seperti dalam “textus
receptus”. Term ini juga, paling sering digunakan dalam al-Qur’an. Namun perlu
diingat bahwa kedua term ini adalah diadopsi dari bahasa Aramaik. Adapun
kalimat sirat al-mustaqim adalah bentuk idafah, dimana
al-Mustaqim dianggap sebagai ungkapan untuk Allah. Varian bacaan ini digunakan
oleh Ubay, Ja’far Sadiq dan ‘Abd Allah bin ‘Umar. Dengan demikian bentuk idafah
merupakan bacaan yang paling baik dan benar. Bacaan ini lebih
diperioritaskan(disepakati ). walaupun kata Mustaqim bukan salah satu
dari al-Asma’ al-Husna yang sembilan puluh sembilan. Tapi anehnya yang
ada dalam kedua varian al-Fatihah di atas malah menggunakan sabil
al-mustaqim.
Mananta dan an’amta adalah contoh arti yang sinonim dan tidak
memiliki efek makna yang signifikan(menjadikan panutan). Bentuk kata na’ama
lebih banyak dan lebih sering digunakan dalam al-Qur’an daripada manana
seperti dalam varian al-Fatihah kedua. Selain itu, al-Qur’an juga sering
menggunakan term manna yang memilki makna sinonim(sama).
Siwa dan gair adalah arti yang sinonim, tapi siwa tidak
banyak digunakan dalam al-Qur’an. Perkataan gair juga dibaca oleh ‘Umar,
Ali, Ibn al-Zubair. Ikrimah, dan al-Aswad sebagai penulisan awal al-Qur’an,
dan juga diikuti oleh Ja’far Sadiq dan Zaid bin ‘Ali. Dengan demikian, bacaan la
lebih dapat dipertanggung jawabkan dan lebih punya otoritas untuk dibaca.
Kesimpulan yang
diambil oleh Jeffery adalah mushaf Usmani yang sekarang ini tidak murni lagi.
Hal ini juga ia tekankan bahwa ketika mengkritik teks al-Qur’an dia merujuk
pada ‘textus receptus’ yang dia anggap paling benar, namun ketika
menyatakan al-Fatihah bukan bagian dari al-Qur’an, yang terjadi hanya merujuk
pada kitab yang dipegang oleh orang Syi’ah, yang menurut penulis bukan
merupakan naskah atau kumpulan al-Qur’an,tapi hanya sekedar karya tulis yang
didahului oleh bacaan yang mirip dengan al-Fatihah.
Selanjutnya, tanggapan
Jeffrey atas varian al-Qur’an yang kedua juga tidak bisa dipertanggung
jawabkan. Yang pertama, ia beralasan bahwa buku tersebut hilang. Sehingga
menurut penulis, hal ini akan menjadi dasar dia untuk membangun alasan
selanjutnya, yaitu tidak sempat mengetahui nama pengarangnya. Namun, kalaupun
keberadaan kitab tersebut ada, anehnya, Jeffrey terlalu cepat meyakininya,
padahal dari awal ia sudah mengatakan bahwa kitab tersebut adalah buku kecil
fiqih
Secara logika
juga, al-Fatihah yang sudah ada sekarang tidak mungkin masih dibumbui dengan
kesalahan dan kepalsuan. Apalagi al-Fatihah sudah dihafalkan minimal 17 kali
dalam sehari ketika solat. Jadi tidak mungkin hal sepenting surat al-Fatihah
begitu mudahnya bagi ‘Usman untuk mencantumkannya dalam al-Qur’an jika memang
bukan bagian dari al-Qur’an. Selain itu, Jeffrey mungkin tidak tahu kalau
‘Usman ketika membukukan al-Qur’an juga tidak sendirian, namun dilakukan oleh
beberapa sahabat pilihan ketika itu. Dan bahkan dari berbagai kalangan suku
pada saat itu.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang di lakukan maka kami mengambil kesilpulan sebagai
berikut:
1.
Pada masa kejayaan timur, Ilmuan orientalis barat
mempelajari ilmu ketimuran langsung dari
para ulama-ulama dan filosof-filosofnya serta ahli matematikanya.
2.
Pembahasan yang dilakukan penuh dengan kekeliruan dan bahkan
kebohongan.
3.
Banyak sejarah di salah gunakan dari kebenaran
Refrensi
·
arifnoah.blogspot.com
·
Hanafi. A, M.A,
Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits), Perpustakaan
Alhusna.
[1] Lihat dalam Arthur Jeffrey, “A Variant Text of the Fatiha”.
Dalam http://www.answering-islam.org/Books/Jeffery/fatiha.htm. Artikel ini juga diterbitkan dalam The Muslim World, Volume 29
(1939), hlm. 158-162.
[3] John S. Badeau. “Arthur Jeffery...”, hlm. 231. Setelah
pindah ke Universitas Columbia, ternyata Jeffrey juga tidak kalah produktifnya
melahirkan karya-karya, baik berupa buku dan artikel.