Senin, 01 Februari 2016

konsep ketuhanan menurut agama islam dan shinto







Sejarah Agama Shinto
            Shintoisme atau cukup disebut Shinto, telah menjadi agama kuno dalam sejarah Jepang. Sebagai agama panteistik, penganut Shinto menyembah dewa atau roh yang dapat berada di kuil lokal tertentu atau disembah secara global, seperti dewi matahari Amaterasu.
Shinto diperkirakan berkembang dari ritual-ritual dan dewa-dewa pemukiman awal Jepang.Kepercayaan ini juga memiliki aspek animisme, yaitu keyakinan bahwa roh berada dalam berbagai benda di alam. Dengan itu ia menjadi sebab, Shinto mengajarkan manusia untuk menjalani kehidupan yang harmoni dengan alam.
Shinto bisa pula dimaknai sebagai juga sebagai filosofi dan budaya. Tidak seperti agama lain, Shinto tidak mempunyai kitab suci, tidak ada doa-doa yang dibakukan, serta tidak memiliki ritual-ritual formal wajib.Pun terdapat ritual, hal tersebut biasanya hanya ditujukan bagi suatu kuil, keluarga, atau dewa tertentu.Sering disalah artikan sebagai ‘pemujaan leluhur’, Shinto menghormati “kam” atau entitas spiritual yang berada di sekitar lingkungan manusia. Entitas spiritual tersebut bisa berupa dewa, roh penunggu tempat yang tertentu, atau roh nenek moyang tertentu.
Shinto telah hidup berdampingan dengan agama Buddha selama berabad-abad di Jepang, sehingga banyak dewa tradisional Shinto yang turut diserap dalam keyakinan Budha. Karma dan keyakinan reinkarnasi Buddhisme terintegrasi dengan animisme Shinto untuk membentuk sistem keyakinan baru yang unik di Jepang.Tidak ada persyaratan bahwa seorang pengikut Shinto harus mengingkari semua sistem keyakinan lain. Hal ini yang menjelaskan bagaimana Shinto bisa hidup berdampingan dengan Budha secara damai.
Shinto telah menjadi agama resmi di Jepang sebelum Perang Dunia II dan kaisar diyakini sebagai penjelmaan dewa yang menjadi keturunan langsung Amaterasu, sang Dewi Matahari.
Sebagai pengetahuan , kata kamikaze berarti ‘angin dari dewa’, dimana “kami” atau kekuatan spiritual diharapkan menjaga Jepang tetap aman dari penyerbu asing. Karena praktik Shinto yang bersifat lokal, ajaran ini tetap diparktikkan di banyak rumah tangga Jepang dan tetap hidup berdampingan dengan agama Buddha hingga saat ini

Konsep Tuhan menurut agama Shinto
Tradisi Shinto mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama. Kamisama ini bersemayam atau hidup di berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai, batu besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati.
Penamaan Tuhan dalam kepercayaan Shinto bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda. Tuhan yang berdiam di gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu Omikami) yang semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu.
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu ”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit atu kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan masyarakat Jepang.Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang pesat di Jepang karena salahsatunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati.
            Sejarah Agama Islam:
                        Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada para rasul-Nya sejak nabi Adam , Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada nabi penutup Muhammad S.A.W, umat Islam meyakini dengan sepenuh hati bahawa kesemua nabi yang diutuskan oleh Allah mempunyai satu bawaan yang sama yaitu akidah dan ketauhidan Allah S.W.T secara total (mutlak). Konsep tauhid ini tidak sekali-kali bisa dikompromikan sepertimana yang berlaku kepada agama kristian yang beriman dengan secara doktrin Trinitas “Tiga yang Esa dan Esa yang Tiga”
Selain daripada itu, umat Islam meyakini bahawa Islam merupakan satu-satunya al-Din (Agama) yang datang dari Allah S.W.T dalam surah Ali-Imran , ayat 19:

إِنَّ الدّينِ عِنْدَ اللهِ الإِسْلَامُ(ال عمران:19)

Artinya:
Sesungguhnya agama yang diredhoi di sisi Allah ialah Islam. (Ali-Imran:19)
Islam juga merupakan agama fitrah. Ini jelas dinyatakan dalam surah al-Rum ayat 30 yang bermaksud:
 maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah ; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Konsep ketuhanan menurut agama Islam
            Menurut agama Islam tuhan itu adala yang maha Esa dan dialah segalanya tempat kita memohon pertolongan segala sesuatu dan dia tidak mempunyai ibu dan bapa atau orang tua dan juga dia tidak beranak dan memiliki anak, dengan itu kita bisa ketahu dia yang maha Esa, dan tiada makhluk yang diciptakan olehnya itu setara kekuatannya dengan Allah. Di dalam Al qur’an telah menjelaskan akan ke-Esaan Allah.

                                                       

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

Artinya:
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid As’ma wa Sifat.
            Tauhid Rububiyah
            Jawaban dari pertanyaan ini harus dilangkapi dan dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. Untuk itu harus mengetahui apa pengertian dari Rabb tersebut yang darinya dibentuk kata rububiah.
            Jadi kata Rabb digunakan dengan penggunaan yang haqiqi dan juga digunakan untuk yang lain secara majazi atau idhafi, dan tidak untuk yang lain. Dari sini maka kita ketahui makna tauhid Rubibiah adalah meniadakan sekutu bagi Allah dalam sifat ketuhanan yang hak yaitu pencipta ,memberi rezeki menguasa dan mengatur, yang dari kelazimannya adalah menghidupkan dan mematikan, memberi dan mencegah, memberi bahaya dan manfaat , memuliakan dan menghina.
            Tauuhid Uluhiyah.
            Sesungguhnya tauhid Uluhiyah adalah bagian yang sangat penting dari akidah mukmin. Sebbab tauhid ini adalah sebuah dari tauhid Rububiyah dan tauhid as’ma wa sifat, maka tanpa tauhid Uluhiyah, maka tauhid Rububiyah dan tauhid as’ma wa kehilangan makna dan faidahnya. Kerana tauhid Uluhiyah membahas seputar mengenal Allah dan ketuhanan-Nya, serta meniadakan sekutu baginya dalam hal itu.
            Adapun tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah dengan segala yang disyariatkan-Nya, agar kita beribadah kepada Allah dengan amalan –amalan hati dan anggota badan dan tanpa mempersekutukan Allah  dengan apapun. Tauhid Uluhiyah juga merupakan terpautnya hati kepada Allah, yaitu berupa rasa takut dan penuh harap, seperti menyerahkan diri kepada Allah semata dan menyandarkan segala kehidupan kepadanya. Maka Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴾ الأنعام: 162-163

Artinya:
“Katakanlah, ‘Sesumgguhnya shalatku ,ibadahku , hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah itu yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama yang akan menyerahkan diri(kepada Allah).” (Al –An’am: 162-163)
            Tauhid Uluhiyah memang mempunyai peran yang sangat penting dan harus diketahui yaitu seluruh Rasul yang di utuskan semuanya membawa seruan yang sama yaitu “Hai kaum ku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan selain Allah. Itu yang terkandung dalam kalimat La ilaha iilallah (tiada tuhan selain Allah).
            Tauhid As’ma wa Sifat.
            Sesunggunya Allah telah menyifati diri-Nya dalam kitabn-Nya dan juga melalui rasulnya dengan sifat-sifat yang tinggi dan memerintahkan agar orang-orang mukmin yang beriman kepadanya menyifati-Nya dengan sifat-sifat itu serta bertawassul dan mendekatkan diri kepada-Nya.
            “Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, iaitu 100 kurang satu. Siapa yang menghafalnya akan masuk syurga.” Sahih Bukhari.”[1]
 Karena Allah telah menamai diri-Nya yang indah (asmaul husna), maka wajib beriman kepada nama-nama-Nya dan menerimanya serta memahaminya sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
 Maka, barang siapa yang meniadakan dari-Nya sifat atau nama yang ditetapkan untuk diri-Nya, maka dia telah kufur. Dan barang siapa menyerupakan asma-asma-Nya dan sifat-sifatnya itu dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk, maka dia juga telah kafir atau musyrik. Sebab dia berada diantara mendustakan Allah dan berdusta kepada-Nya, sedangkan keduanya adalah kufur yang hina dan kezaliman yang besar.




Refrensi:
·           Abd Rahman, Mohd Rosmizi
Azdi Wan Rozali, Wan Mohd Fazlur
Abdul Mutalib, Marina Munira
Mohd Ramly, Roslizawati. Agama-agama Di Dunia. Universiti Sains Islam Malaysia.
·         http://www.amazine.co/24810/apa-itu-agama-shinto-fakta-sejarah-informasi-lainnya

 




[1] https://bambies.wordpress.com/2014/03/20/asmaul-husna-beserta-dalil-al-quran-dan-artinya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar